Responsive Menu
Add more content here...
banner
Agu 16, 2024
17 Views

Letjen TNI (Purn.) Achmad Wiranatakusumah Komandan Siluman Merah

Karya penulis , ,
DATA BUKU
Judul Buku: Letjen TNI (Purn.) Achmad Wiranatakusumah Komandan Siluman Merah
Penulis: , ,
Penerbit:
Tahun Terbit: 2019
Format Resmi: Cetak (juga tersedia versi Digital PDF)
Tebal: 208 halaman; Lebar: 21 cm
ISBN: 978-602-412-623-0
Genre:
banner

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Raden Achmad Wiranatakusumah (11 Oktober 1925 – 27 September 1999) adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dengan jabatan terakhir Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional.

Ia terkenal saat menjabat Komandan Batalyon 26 Brigade Guntur II yang populer dijuluki Batalyon Siluman Merah. Achmad meninggal di kereta Api dalam perjalanan bandung ke jakarta pada 27 september 1999.

Ia terlahir dari Pasangan Raden Aria Adipati H. Muharam Wiranatakusumah, Dalem (Bupati Bandung) yang juga seorang ulama dan seniman, dengan Raden Ayu Sangkaningrat, keturunan Bupati Sumedang.

Pada tahun 1939, Achmad Bersama saudara dan teman-temannya Mendirikan organisasi pemuda bernama Zwarte Kanker jeugd Organisatie kemudian berubah menjadi Padjadjaran Jeugd Troep (PJT) sebagai wadah perjuangan dalam menghadapi invasi Jepang ke Indonesia.

Achmad bersama anggotanya mengumpulkan para pemuda yang memiliki semangat juang untuk mengusir Belanda, mereka datang dari daerah perkebunan Sukaati, Ciwidey, Soreang, Banjaran dan Majalaya.

Pada 7 Oktober 1945 , Achmad mendirikan kesatuan Tentara. Para perwiranya antara lain bekas Seinendan, Peta dan Heiho. Jumlah anggotanya tidak lebih dari 200 orang sehingga hanya cukup menjadi dua kompi.

Setelah itu pasukannya bergerak ke Soreang untuk bergabung dengan pasukan lain. Barulah pada 8 januari 1946, pasukan Achmad diresmikan jadi Batalyon III resimen 8 .

Di Tubuh Divisi Siliwangi terjadi reorganisasi. Kesatuan Achmad diberi nama Batalyon III Resimen Menjadi Batalyon 26 Brigade Guntur II dengan Komandan Brigade Daan Yahya.

Pada saat itu juga, batalyon Achmad dijuluki pasukan Siluman. Julukan Itu disematkan oleh tentara Belanda karena Batalyon Achmad melakukan serangan secara mendadak dan tidak ada tanda-tanda sebelumnya.

Ketika Belanda membalas serangan dengan mengejar, tiba-tiba Batalyon Achmad menghilang tidak dapat dikejar atau dideteksi dari mana datangnya dan kemana menghilangnya.

Rakyat juga menyebut Batalyon Achmad bisa “Nyiluman” sehingga munculah julukan Batalyon Siluman di samping Nama Batalyon 26 yang kelak melegenda menjadi Batalyon Siluman Merah A3W (Ajax en drie willem).

Sebagai Komandan Batalyon Siluman Merah, Achmad menjalani peristiwa Penting bagi Divisi Siliwangi, yaitu hijrah Ke Jawa Tengah dan long march kembali ke Jawa Barat. Bahkan dia Memimpin Rombongan terakhir dan terbesar mencapai 2500 orang.

Dalam perjalanan yang panjang dan lama, dia bersama pasukanya harus menghadapi dua musuh sekaligus, yaitu Belanda dan DI/TII pimpinan S.M Kartosoewirjo. Achmad terlibat dalam penumpasan gerakan merongrong Republik Indonesia, seperti Pemberontakan PKI di Madiun dan Republik Maluku Selatan (RMS).

Dia juga menghadang pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yg dipimpin Kapten Raymond Westerling dan Peristiwa Zulkifli Lubis. Bekal Pendidikan di Amerika Serikat membuat Achmad menguasai strategi Militer.

Oleh karena itu, ketika perjuangan merebut Irian Barat, dia ditugaskan menyusun Strategi infiltrasi ke Irian Barat karena, strategi sebelumnya gagal. Dalam Operasi Trikora, Achmad mendapat tugas membangun Tjaduad (Tjadangan Umum Angkatan Darat), yang kemudian menjadi KOSTRAD (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat).

Dia menjabat kepala Staf dengan Komandannya Mayjen TNI Soeharto. Ketika Soeharto menjabat Panglima Mandala dalam Trikora, Achmad menjadi Panglima Mandala dari Angkatan Darat. Setelah selesai Operasi Trikora, Achmad ditunjuk menjadi Ketua Tim Serah Terima Kekuasaan atas Irian Barat dari Belanda Kepada Indonesia.

Achmad kembali dipercaya mewakili Angkatan Darat sebagai Deputi II Bagian Operasi Kolaga (Komando Mandala Siaga) pada saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia.

Sebagai Kepala Staf Kostrad, Ahmad memegang kendali atas situasi genting setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Dialah yang memimpin rapat dan memerintahkan pergerakan pasukan untuk menumpas G30S.

Setelah Soeharto menjadi Menpangad, Ahmad ditawari menjadi Panglima KOSTRAD akan tetapi dia menolak. Begitu pula tawaran menjadi Gubernur Jawa Barat.

Dia kemudian memimpin LAGI STRAD (Lembaga Pengkajian Angkatan Darat), sebelum akhirnya menjadi Sekjen Dewan Hankamnas (Pertahanan dan Keamanan Nasional) sekarang Wantannas (Dewan Ketahanan Nasional).

Achmad juga menjadi salah satu perumus Utama GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara). Achmad menjiwai Intelijen. Sebagai Alumni Pendidikan militer di Amerika Serikat, dia memiliki hubungan dengan intelijen Amerika sekaligus Rusia.

Amerika serikat pernah meminta Achmad untuk mengirim Tim dalam rangka Missing In Action ke Vietnam untuk mencari tentara Amerika Serikat yang hilang. ***

Tahun Terbit:
2019
banner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *